Kamis, 14 November 2013

Konsep Dasar Mioma Uteri

A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal (Marwan, 2010). Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri (2 %) dan pada korpus uteri (97%), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche (Lesmana W, 2010).

B. ETIOLOGI
 Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain :
-Faktor Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri.
- Faktor Genetik
Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12
 -.Faktor Pertumbuhan
 Faktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos dan
fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma.

 C. KLASIFIKASI
Menurut letaknya, mioma uteri dapat di klasifikasikan sebagai :
1. Mioma submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai, kemudian dilahirkan melalui saluran servik (mioma geburt).
2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum: mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid.
4. Mioma pedunkulata : mioma yang melekat ke dinding uterus dengan tangkai yang bisa masuk ke peritoneal atau cavum uteri

D. GEJALA
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:

1.Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menorargia, metroragia, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.

2.Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, juga pertumbuhannya yang mempersempit kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore. Selain itu, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma utreri adalah karena proses degenerasi ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.

3.Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma uteri pada vesika urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai. Gejala lain akibat tekanan pada organ-organ sekitarnya mencakup nyeri, sakit kepala, konstipasi dan masalah-masalah perkemihan. Menorrhagi dan metroragi terjadi karena fibroid (dapat merusak lapisan uterus).

E. DIAGNOSIS
Diagnosismiomauteri ditegakkan berdasarkan:





1. Anamnesis:
a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

2. Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

3. Gejala klinis
Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.
Adanya perdarahan abnormal.
Nyeri, terutama saat menstruasi.
Infertilitas dan abortus.

4. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.

5.Pemeriksaan dalam.
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.

6.Pemeriksaan penunjang
- USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan adnexa  
- dalam rongga pelvis. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
- klinis dari mioma uteri. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
- pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
- leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
- konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
- Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa bidang
- tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
- Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
- Histerografi dan histeroskopi, Histeroskopi yaitu menggunakan alat histeroskop berupa teleskop yang tipis yang dimasukkan melalui serviks ke dalam uterus.  untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
- Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
- Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin darah.
- Tes kehamilan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar